Kamis, 23 Februari 2012

Indo"amnesia" Raya Merdeka

     Indo"amnesia" Raya Merdeka. Aneh dan kurang familiar memang dengan judul yang jarang seperti itu. Latar belakang judul ini diangkat dari realitas negara ini yang seakan amnesia pada segala bentuk permasalahan dalam tubuh nya sendiri. Celakanya negara ini seakan raya dan merdeka dengan sikap amnesia yang di tunjukkan nya.
     Secara garis besar kata amnesia berarti kehilangan daya ingat tentang masa lalu atau hal apa saja yang pernah terjadi sebelum nya karena permasalahan pada otak. Jadi sudah sangat jelas bahwa permasalahan utama nya adalah organ penting yaitu otak sebagai pengendali arah hidup dan tindakan apa yang akan di lakukan sepanjang kehidupan. Lalu pertanyaan nya, pada bagian mana otak negara ini terletak sehingga masalah-masalah yang muncul, tumbuh, dan berkembang yang seharus nya adalah terselesaikan justru hilang atau sengaja dihilangkan atau bahkan sengaja dilupakan sehingga pada akhirnya justru tidak terlihat lagi.
     Masalah yang mulai menghilang dan sekarang sudah tidak terlihat lagi adalah "Tragedi Semanggi". Tragedi yang terjadi dengan konsep dua jilid ini sampai sekarang seakan menjadi saksi bisu akan amnesia nya negara ini terhadap pemerhati pemerhati diri nya sendiri.Sidang istimewa yang diusung untuk menentukan arah bangsa ini pada saat itu beserta dwi fungsi abri yang diusung justru mendapat penolakan dari masyarakat luas. Masyarakat terlanjur menempatkan posisi untuk tidak percaya dan melakukan penolakan besar-besaran untuk menggagalkan agenda ini.
    Aktor penting dalam suksesor penolakan ini adalah mahasiswa yang berdiri pada barisan paling depan untuk melakukan perlawanan terhadap agenda sidang tersebut. Meskipun hitung-hitungan nya jelas bahwa aktor lain yang harus mereka hadapi adalah diri kedua dari negara Indo"amnesia" ini, yaitu  siapa lagi kalau bukan pemerintah. Meskipun semua pihak tidak menginginkan bahwa penolakan yang terjadi akan mengarah pada kekerasan, tetapi kemungkinan terbesar selalu mengarah ke arah tersebut. Dan kemungkinan terburuk itu akhir nya terjadi pada 12 November malam, ketika kontak fisik antara mahsiswa dengan aparat yang terjadi di daerah slipi dan Jendral Sudirman menelan banyak korban. Adalah Lukman Firdaus salah seorang mahasiswa yang gugur dalam peristiwa tersebut. Melihat keseriusan dari hampir seluruh warga negara ini, seharus nya pemerintah legowo menyikapi nya dan tidak perlu harus menimbulkan korban jiwa.
  Menilik dari segala bentuk tindak lanjut dari akhir masalah ini, sampai saat ini belum terdapat titik  terang dalam upaya penyelesaiannya. Belum ada satu pihak yang secara ksatria maju kedepan sebagai pihak yang bertanggung jawab sepenuh nya akan tragedi tersebut. Yang terlihat adalah justru lempar bola sejauh jauh nya. Bentuk pertanggung jawaban atau pelecehan mungkin ketika argumen yang dicuatkan kepada media adalah tindakan petugas yang terlalu defensif sehingga petugas melakukan perlawanan yang tidak manusiawi.
   Disisi lain, tindakan amnesia aktif dipertontonkan secara langsung saat anggota DPR yang terhormat menyatakan bahwa tragedi semanggi I dan II bukan lah pelanggaran ham yang berat. Alih alih menuntaskan kasus ini sampai ke tingkat pengadilan HAM ad hoc, justru otak negara ini yang sengaja melupakan kasus ini dengan aksi amnesia nyata dengan berbagai cara seperti dibutkan diatas.
    Dari segala bentuk amnesia nya negeri ini, satu hal terpenting yang perlu diingat bahwa rakyat di negeri ini sebagai pemegang kekuasaan tertinggi tidak akan pernah amnesia akan segala bentuk ketidakadilan. Berubahlah Indo"amnesia".
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar